Sabtu, 27 Oktober 2012

ORGANISASI TRADISIONAL



PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Replianis

ORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI TEAM (MODERN)

A.  Pendahuluan
Kebanyakan organisasi sangat menekankan tiori organisasi klasik  dalam hal membentuk struktur- strutur mereka, karena ia berhubungan dengan elemen-elemen ensensial didalam sebuah lembaga seperti. Kekuasaan, tanggung jawab, pembagian kerja, spesialisasi, dan interdependensi bagian-bagian.
Perkembangan-perkembangan moderen menentang tiori tradisional, akan tetapi elemen-elemen esensialnya tetap ada dan perlu dimengerti untuk bekerja dengan manusia didalam sebuah organisasi. Proses pengorganisasian dapat dipandang dari dua macam sudut ia dapat dipandang sebagai sebuah proses konstrksi dimana sejumlah besar unit-unit kerja dibagi dalan pekerjaan, departemen-departemen, devisi dan akhirnya sebuah lembaga secara keseluruhan. Kedua memandang sebuah organisasi sebagai sebuah proses analisis dimana bidang pekerjaan khusus diabagi dalam ,divisi-divisi, depertem-departeman dan akhirnya sebuah lembaga secara keseluruhan

B.  Pembahasan
1.      Pengertian organisasi
a.         Organisasi adalah suatu kebersamaan dan interaksi serta saling ketergantungan individu-individu yang bekerja ke arah tujuan yan bersifat umum dan hubungan kerjasamanya telah diatur sesuai dengan struktur yang telah ditentukan.
b.         Organisasi adalah kumpulan orang-orang yang sedang bekerja bersama melalui pembagian tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang bersifat umum. [1]
c.         Organisasi adalah suatu sistem yang dibentuk oleh manusia. Sedangkan sistem adalah komponen yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain. organisasi  secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerjasama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggungjawab masung-masing.[2]
            Dari pengertian organisasi diatas dapat disimpulkan bahwa  organisasi adalah aktivitas dalam membagi-bagi kerja, menggolongkan jenis-jenis pekerjaan, memberi wewenang, menetapkan saluran perintah  dan tanggung jawab pada pelaksana untuk mencapai tujuan yang bersifat umum.
2.      Tiori Organisasi Tradisional
Tiori organisasi Tradisional telah mempengeruhi filsafat manajemen dan tahun 1900 sampai tahun 1950. Ia bersumber pada ide-ide. Adam smith (tahun 1776) sehubunga dengan produksi jarum pentul. Melalui division of labor” (pembagian kerja) produktivitas dapat diperbuat sampai 100 x lipat atau lebih.
            Akan tetapi, baru sejak tahun 1900 falsafah tiori tradisional dalam bentuk lebih lengkap disesuaikan oleh Taylor, Fayol, dan Weber yang berkaitan dengan aspek-aspek pembagian kerja, hirakhi ketat, standar, prestasi pekerjaan agar sasaran-sasaran perusahaan dapat dicapai’
Menurut organisasi tradisional, organisasi dipandang sebagai sebuah sisitem tertutup dimana semua variabel diperhatikan dan berada dibawah pengendalian pihak manajemen. Tiori klasik itu membawa hasil nyata dalam praktik yang terjadi kenaikan pruduktipitas yang berarti, yang sangat dibutuhkan pada masa itu.[3]
Tetapi suatu hal pokok bahwa: tiori organisasi tradisional mengabaikan faktor manusia. Nasib para pegawai/karyawan tidak diperhatikan (mereka seakan-akan dianggap sebagai bagian dari mesin). Seperti mesin apabila onderdil mesinnya rusak maka dapat diganti. Hasil produksi (output) dicapai dengan pengorbanan manusia yang terlampau besar. Dalam organisasi diberlakukan peraturan-peraturan ketat, prosedur-prosedur ketat, hirarkhi yang kuat  pembagian kerja secara berlebihan, tiap pekerjaan diterisolasi dari teman-teman sekerjanya.
Akibat dari semua itu buruh makin banyak absen, kualitas  yang dihasilkan makin merosot dan para pekerja makin terasing dari pekerjaan mereka. Timbul macam-macam komflik-komflik. Gejala-gejala tersebut dibalas olah pihak manajemen daengan cara-cara yang makin ketat. Kekeliruan pihak manajemen adalah pihak manajemen hanya  menanggapi gejala-gejalanya saja  tetapi bukan sebab-sebab yang menimbulkan masalah tersebut. Hasil pendekatan menurut teori organisasi tradisional adalah ketidak puasan dalampekerjaan. Manusia dikorbankan untuk kepentungan produksi.[4]
3.      Tiori Klasik berkembang dalam 3 Aliran
a.    Pembagian Pekerjaan Dan Proses “Skalar”
    Kepala departemen membagi-bagikan pekerjaan dilingkungan departemennya sedemikian rupa sehingga dapat diperkembangkan sebuah kelompok yang efektif yang terkordinasi. Manajer mengorganisasikan dengan jalan membagi-bagikan pekerjaan dalam tingkat-tingkat dan fungsi-fungsi dan kemudian mempekerjakan orang atau sumber daya pada pekerjaan yang ada.
    Contoh Hubungan skalar, apabila terdapat dua orang yang berada dalam hubungan: Supervisor –bawahan maka hubungan tersebut dinamakan hubungan “skalar”
b. pembagian kerja dengan Delegasi
   Hubungan-hubungan dan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan melalui pembagian pekerjaan, dikomunikasikan serta ditugaskan kepada masing-masing orang melalui delegasi. Delegasi dapat didefinisikan sebagai penugasan kewajiban-kewajiban, tanggungjawab dan pembagian otoritas. Apabila manejer memberi delegasi kepada bawahannya, maka bawahan yang diberi delegasi langsung menjadi wakil dari manejer. apabila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan maka kegagalan itu adalah tanggungjawab manejer
C. Birokrasi
Apabla struktur-struktur organisasi, peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur diikuti dengan ketat, maka timbullah kondisi yang dikenal sebagai ‘birokrasi” didalam birokrasi terdapat adanya peraturan-peraturan yang berbelit-belit, pengawasan secara terinci, sesuatu hirarkhi yang kaku dan fungsi-fungsi yang sangat terspesialisasi, yang dilaksanakan oleh petugas birokrasi.
Tindakan manejerial lambat sekali dan pekerjaan surat-menyurat, formalitas sangat ditekankan oleh kerena orang-orang berusahauntuk melindungi diri sendiri dengan jalan meminta persetujuan berbagai orang pada berbagai tingkat untuk melaksanakan sesuatu tindakan pada umumnya suara pribadi dan orisinalitas “dibekukan”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa 4 ciri khas birokrasi organisasi tradisional yaitu:
1.    Spesialisasi yang mendalam
2.    Hirarkhi otoritas yang kuat
3.    Peraturan-peraturan dan kontrol yang pelik
4.    Impersonalitas (tidak dipentingkannya kepribadian).

5.    Tingkat-tingkat Keorganisasian
Dalam tingkat-tingkat keorganisasian mereka sangat menekankan hubungan-hubungan kekuasaan. Mereka memberikan status sosial kepada orang yang mendudukinya. Mereka mempengaruhi pola-pola asosiasi, memberikan otoritas dan mempengaruhi persepsi peranan
Struktur tingkat-tingkat organisasi tradisional
Organisasi tradisional memakai struktur sentralisasi yang mana garis-garis perintah atau kekuasaan membentang tegak lurus dari atas kebawah atau dari impinan atasan/pusat sampai kepada organ yang paling bawah.
Segala sesuatu mengenai urusan pendidikan dari menentukan kebijakan dan perencanaan, sampai denganpenyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan struktus dan syrat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelengara ujian dsb. Semuanya ditentukan oleh pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif.
Sesuai dengan sistim sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini kepala sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawab pusat. Serta dalam prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya, sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi  dari pusat yang diterimanya melalui hirarkhi atasannya. Segala kegiatan yang dilakukan oleh sekolah haruslah sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh pusat.
Dalam sistim sentralisasi seperti ini ciri-ciri pokok yang menonjol adalah keharusan adanya uniformitas (keragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah dinegara itu. Contohnya keragaman rencana pelajaran, buku-buku pelajaran, metode-metode mengajar, soal-soal dan waktu penyelenggara ujian. Ssistim sentralisasi mengandung keburukan-keburukan karena
1. Administari yang demikian cendrung kepada sifat-sifat otoriter sehingga menyebabkan para pengawas, kepala sekolah maupun guru-guru menjadi fasif.
2. organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku, disebabkan garis komunikasi antara sekolah dan pusat sangat berbelit-belit sehingga kelancaran menyelesaikan masalah sering tidak tuntas.[5]



 Prinsip-prinsip Organisasi Tradisional
1.      Prinsip kesatuan perintah
Dengan arti tidak boleh adanya anggota sesuatu organisasi yang mempunyai lebih dan seorang atasan dalam fungsi tertentu.
2.      Prinsip kekecualian
   Prinsip kekecualian menyatakan bahwa keputusan-keputusan yang timbul berulang-ulang kali harus ditangani dengan cara rutin oleh para manejer dengan tingkat lebih rendah. Sedangkan problem-problen yang berkaitan denga persoalan yang luar biasa, harus dihadapi oleh tingkat-tingkat yang lebih tinggi.
3.      Rentang pengawasan
       Rentang pengawasan seorang manejer yaitu terdapat adanya pembatasan terhadap jumlah bawahan yang dapat disupervisi oleh atasan adakalanya “span of control” dinyatakan orang sebagai “the span of responsibility” pengertian oengertian ini dinyatakan dalam buku Tiorema yang menyatakan bahwa tidak ada pemimpin yang dapat melakukan supervisi secara efektif,  interaksi dan hubungan-hubungan  supervisor dan bawahan  bawahan, merupakan  aktivitas siapa yang harus di integrasi olehnya dan kepada siapa ia harus mendelegasikan tanggungjawab tertentu.hal ini yang sering menimbulkan pertentangan pendapat antara bawahan dengan atasa.
4.      Prinsip Skalar
Diatas telah disinggung tentang prinsif skalar, yang mana prinsip skalar menyatakan bahwa otoritas serta tanggungjawab harus mengalir dalam bentuk garis yang tidak terputus-putus dari manejer tinggi hingga manejer rendah.
Ada penulis yang menyatakan hubungan pertikal tersebut sebagai sebuah piramida pekerjaan – tugas. Prinsip-prinsip tersebut menyatakan bahwa sebuah organisasi merupakan sebuah hirarkhi.
5.      Depertementasi
Cara dengan apa aktivitas-aktivitas dibagi dan dibentuk kedalam kelompok-kelompok khusus, biasanya disebut orang sebagai depertementasi  adapun tujuan depertementasi adalah
a)      Mengkhususkan aktivitas-aktivitas
b)      Menyederhanakan tugas-tugas para manejer
c)      Mengusahakan pengawasan[6]

Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah dikembangkan mulai sekitar tahun 1990 oleh Frederick Winslow Taylor, telah dipergunakan cukup luas. Teori manajemen ilmiah masih banyak dijumpai dalam praktek-praktk manajemen modern. Manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi, analisa, dan pemecahan maslah-masalah organisasai. Bagai kita yang penting adalah memandang manajemen ilmiah sebagai teknik-teknik manajerial yang sangat berharga. Empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu :
1)       Menggantikan metode-metode kerja dalam praktek dengan berbagai metode yang dikembangkan atas dasar ilmu pengethuan tentang kerja yang ilmuah dan benar.
2)         Mengadakan seleksi, latihan-latihan dan pengenbangan para karyawan secara ilmiah, agar memungkinkan para karyawan bekerja sabaik-baiknya sesuai dengan spesialisasinya.
3)        Pengembangan ilmu tentang kerja seleksi, latihan dan pengenbangan secara ilmiah harus diintegrasikan, sehingga para karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai tingkat upah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekankan biaya produksi menjadi rendah.
4)      Untuk mencapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya untuk menimbulkan suasana kerja sama yang baik.
TEORI MANAJEMEN TRADISIONAL Anggapan Dasar Teori Klasik
Pandangan teori klasik mengenai organisasi berdasarkan asumsi sebagai berikut :
  1. Organisasi ada terutama untuk menyelesaikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
  2. Bagi suatu organisasi, ada struktur yang tepat bagi tujuan, lingkungan, teknologi dan partisipannya.
  3. Pekerjaan organisasi paling efektif bila ada tantangan lingkungan dan kepentingan pribadi terhalang oleh norma-norma rasionalitas.
  4. Spesialisasi akan meningkatkan taraf keahlian dan performan individu.
  5. Koordinasi dan control paling baik melalui praktek otoritas dan aturan-aturan yang tidak bersifat pribadi.
  6. Struktur dapat dirancang secara sistematis dan dapat dilaksanakan.
  7. Masalah-masalah organisasi biasanya merefleksikan struktur yang tidak tepat, dan dapat diselesaikan melalui perancangan dan pengorganisasian kembali ( Bolman, 1988 ) Unsur kunci teori klasik Ada empat kunci dari teori klasik :
  • Pembagian kerja, adalah bagaimana organisasi membagi sejumlah pekerjaan terhadap tenaga kerja yang ada dalam organisasi.
  • Hierarki proses fungsional, adalah setiap organisasi terdapat adanya tingkatan karyawan menurut fungsinya atau pekerjaan yang khusus dalam organisasi.
  • Struktur, adalah jalinan hubungan dan peranan dalam organisasi. (Lini dan Staf)
  • Pengawasan yang ketat, pada organisasi yang tinggi strukturnya menghendaki
  • banyak saluran komunikasi dalam melakukan pengawasan. Sedangkan pada organisasi yang strukturnya mendatar tidak banyak diperlukan saluran komunikasi.[7]
Pendekatan Dalam Organisasi tradisional

1)      Pendekatan manusiawi
2)      Pendekatan prilaku  [8]
Kepemimpinan otokratik ialah pemimpin yang tergolong otokratik dan dipandang sebagai karakteritik yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang pemimpin yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:
1.       Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi
2.       Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3.       Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima saran dan pendapat
4.       Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya
5.       Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
a.       Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
b.     Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
c.        Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
Lambat laun gaya kepemimpinan ini dianggap tidak sesuai lagi seiring perkembangan zaman, sehingga terjadi perubahan struktur organisasi dan gaya kepemimpinan.[9]


[1] Wahjo Sumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Pt Raja Grapindo, 2010) h. 60
[2] SuryoSubroto. Mnajemen Pendidikan Di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010).139
[3] Marno, Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Islam (Bandung: PT Refika aditama, 2008) h. 19-20.

[4] Ibid
[5] Ngalim Purwanto. Adminiatrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010) h. 129.
[6]
[7] http://www.scribd.com/doc/24932593/TEORI-MANAJEMEN-TRADISIONAL
[8]  Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fip-Upi. Ilmu dan Aplikasi pendidikan (Bandung :PT Imperial Bhakti Utama, 2007)  h. 233-237

Tidak ada komentar:

Posting Komentar