PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Replianis
ORGANISASI TRADISIONAL DAN ORGANISASI TEAM (MODERN)
A. Pendahuluan
Kebanyakan organisasi sangat menekankan
tiori organisasi klasik dalam hal
membentuk struktur- strutur mereka, karena ia berhubungan dengan elemen-elemen ensensial
didalam sebuah lembaga seperti. Kekuasaan, tanggung jawab, pembagian kerja,
spesialisasi, dan interdependensi bagian-bagian.
Perkembangan-perkembangan moderen
menentang tiori tradisional, akan tetapi elemen-elemen esensialnya tetap ada
dan perlu dimengerti untuk bekerja dengan manusia didalam sebuah organisasi.
Proses pengorganisasian dapat dipandang dari dua macam sudut ia dapat dipandang
sebagai sebuah proses konstrksi dimana sejumlah besar unit-unit kerja dibagi
dalan pekerjaan, departemen-departemen, devisi dan akhirnya sebuah lembaga
secara keseluruhan. Kedua memandang sebuah organisasi sebagai sebuah proses analisis
dimana bidang pekerjaan khusus diabagi dalam ,divisi-divisi,
depertem-departeman dan akhirnya sebuah lembaga secara keseluruhan
B. Pembahasan
1.
Pengertian
organisasi
a.
Organisasi adalah suatu kebersamaan dan
interaksi serta saling ketergantungan individu-individu yang bekerja ke arah
tujuan yan bersifat umum dan hubungan kerjasamanya telah diatur sesuai dengan
struktur yang telah ditentukan.
b.
Organisasi adalah kumpulan orang-orang
yang sedang bekerja bersama melalui pembagian tenaga kerja untuk mencapai
tujuan yang bersifat umum. [1]
c.
Organisasi adalah suatu sistem yang
dibentuk oleh manusia. Sedangkan sistem adalah komponen yang mempunyai hubungan
satu dengan yang lain. organisasi secara
umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam
penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerjasama, dengan maksud
menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggungjawab masung-masing.[2]
Dari
pengertian organisasi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah aktivitas dalam membagi-bagi
kerja, menggolongkan jenis-jenis pekerjaan, memberi wewenang, menetapkan
saluran perintah dan tanggung jawab pada
pelaksana untuk mencapai tujuan yang bersifat umum.
2.
Tiori
Organisasi Tradisional
Tiori organisasi Tradisional telah
mempengeruhi filsafat manajemen dan tahun 1900 sampai tahun 1950. Ia bersumber
pada ide-ide. Adam smith (tahun 1776) sehubunga dengan produksi jarum pentul.
Melalui division of labor” (pembagian kerja) produktivitas dapat diperbuat
sampai 100 x lipat atau lebih.
Akan tetapi, baru sejak tahun 1900
falsafah tiori tradisional dalam bentuk lebih lengkap disesuaikan oleh Taylor,
Fayol, dan Weber yang berkaitan dengan aspek-aspek pembagian kerja, hirakhi
ketat, standar, prestasi pekerjaan agar sasaran-sasaran perusahaan dapat
dicapai’
Menurut organisasi tradisional,
organisasi dipandang sebagai sebuah sisitem tertutup dimana semua variabel
diperhatikan dan berada dibawah pengendalian pihak manajemen. Tiori klasik itu
membawa hasil nyata dalam praktik yang terjadi kenaikan pruduktipitas yang berarti,
yang sangat dibutuhkan pada masa itu.[3]
Tetapi suatu hal pokok bahwa: tiori
organisasi tradisional mengabaikan faktor manusia. Nasib para pegawai/karyawan
tidak diperhatikan (mereka seakan-akan dianggap sebagai bagian dari mesin). Seperti
mesin apabila onderdil mesinnya rusak maka dapat diganti. Hasil produksi
(output) dicapai dengan pengorbanan manusia yang terlampau besar. Dalam
organisasi diberlakukan peraturan-peraturan ketat, prosedur-prosedur ketat, hirarkhi yang kuat pembagian kerja secara berlebihan, tiap
pekerjaan diterisolasi dari teman-teman sekerjanya.
Akibat dari semua itu buruh makin banyak
absen, kualitas yang dihasilkan makin
merosot dan para pekerja makin terasing dari pekerjaan mereka. Timbul
macam-macam komflik-komflik. Gejala-gejala tersebut dibalas olah pihak
manajemen daengan cara-cara yang makin ketat. Kekeliruan pihak manajemen adalah
pihak manajemen hanya menanggapi
gejala-gejalanya saja tetapi bukan
sebab-sebab yang menimbulkan masalah tersebut. Hasil pendekatan menurut teori
organisasi tradisional adalah ketidak puasan dalampekerjaan. Manusia
dikorbankan untuk kepentungan produksi.[4]
3.
Tiori
Klasik berkembang dalam 3 Aliran
a.
Pembagian
Pekerjaan Dan Proses “Skalar”
Kepala departemen membagi-bagikan pekerjaan
dilingkungan departemennya sedemikian rupa sehingga dapat diperkembangkan
sebuah kelompok yang efektif yang terkordinasi. Manajer mengorganisasikan
dengan jalan membagi-bagikan pekerjaan dalam tingkat-tingkat dan fungsi-fungsi dan
kemudian mempekerjakan orang atau sumber daya pada pekerjaan yang ada.
Contoh Hubungan skalar, apabila terdapat
dua orang yang berada dalam hubungan: Supervisor –bawahan maka hubungan
tersebut dinamakan hubungan “skalar”
b.
pembagian kerja dengan Delegasi
Hubungan-hubungan dan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan melalui
pembagian pekerjaan, dikomunikasikan serta ditugaskan kepada masing-masing
orang melalui delegasi. Delegasi dapat didefinisikan sebagai penugasan
kewajiban-kewajiban, tanggungjawab dan pembagian otoritas. Apabila manejer
memberi delegasi kepada bawahannya, maka bawahan yang diberi delegasi langsung
menjadi wakil dari manejer. apabila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan
pekerjaan maka kegagalan itu adalah tanggungjawab manejer
C. Birokrasi
Apabla struktur-struktur organisasi,
peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur diikuti dengan ketat, maka timbullah
kondisi yang dikenal sebagai ‘birokrasi” didalam birokrasi terdapat adanya
peraturan-peraturan yang berbelit-belit, pengawasan secara terinci, sesuatu
hirarkhi yang kaku dan fungsi-fungsi yang sangat terspesialisasi, yang
dilaksanakan oleh petugas birokrasi.
Tindakan manejerial lambat sekali dan
pekerjaan surat-menyurat, formalitas sangat ditekankan oleh kerena orang-orang
berusahauntuk melindungi diri sendiri dengan jalan meminta persetujuan berbagai
orang pada berbagai tingkat untuk melaksanakan sesuatu tindakan pada umumnya
suara pribadi dan orisinalitas “dibekukan”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa 4 ciri khas birokrasi organisasi tradisional yaitu:
1. Spesialisasi
yang mendalam
2. Hirarkhi
otoritas yang kuat
3. Peraturan-peraturan
dan kontrol yang pelik
4. Impersonalitas
(tidak dipentingkannya kepribadian).
5.
Tingkat-tingkat
Keorganisasian
Dalam
tingkat-tingkat keorganisasian mereka sangat menekankan hubungan-hubungan
kekuasaan. Mereka memberikan status sosial kepada orang yang mendudukinya.
Mereka mempengaruhi pola-pola
asosiasi, memberikan otoritas dan mempengaruhi persepsi peranan
Struktur
tingkat-tingkat organisasi tradisional
Organisasi
tradisional memakai struktur sentralisasi yang mana garis-garis perintah atau
kekuasaan membentang tegak lurus dari atas kebawah atau dari impinan
atasan/pusat sampai kepada organ yang paling bawah.
Segala
sesuatu mengenai urusan pendidikan dari menentukan kebijakan dan perencanaan,
sampai denganpenyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan struktus dan
syrat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan
bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal
dan penyelengara ujian dsb. Semuanya ditentukan oleh pusat. Sedangkan bawahan
dan sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif.
Sesuai
dengan sistim sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini kepala sekolah dan
guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawab pusat. Serta dalam
prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya, sangat dibatasi oleh
peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi
dari pusat yang diterimanya melalui hirarkhi atasannya. Segala kegiatan
yang dilakukan oleh sekolah haruslah sesuai dengan peraturan-peraturan yang
telah ditentukan oleh pusat.
Dalam
sistim sentralisasi seperti ini ciri-ciri pokok yang menonjol adalah keharusan
adanya uniformitas (keragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah dinegara itu.
Contohnya keragaman rencana pelajaran, buku-buku pelajaran, metode-metode
mengajar, soal-soal dan waktu penyelenggara ujian. Ssistim sentralisasi
mengandung keburukan-keburukan karena
1. Administari yang demikian cendrung
kepada sifat-sifat otoriter sehingga menyebabkan para pengawas, kepala sekolah
maupun guru-guru menjadi fasif.
2. organisasi dan administrasi berjalan
sangat kaku, disebabkan garis komunikasi antara sekolah dan pusat sangat
berbelit-belit sehingga kelancaran menyelesaikan masalah sering tidak tuntas.[5]
Prinsip-prinsip Organisasi Tradisional
1. Prinsip
kesatuan perintah
Dengan arti tidak boleh
adanya anggota sesuatu organisasi yang mempunyai lebih dan seorang atasan dalam
fungsi tertentu.
2. Prinsip
kekecualian
Prinsip kekecualian menyatakan bahwa keputusan-keputusan yang timbul
berulang-ulang kali harus ditangani dengan cara rutin oleh para manejer dengan
tingkat lebih rendah. Sedangkan problem-problen yang berkaitan denga persoalan
yang luar biasa, harus dihadapi oleh tingkat-tingkat yang lebih tinggi.
3. Rentang
pengawasan
Rentang pengawasan seorang manejer yaitu
terdapat adanya pembatasan terhadap jumlah bawahan yang dapat disupervisi oleh
atasan adakalanya “span of control”
dinyatakan orang sebagai “the span of responsibility”
pengertian oengertian ini dinyatakan dalam buku Tiorema yang menyatakan bahwa tidak ada pemimpin yang dapat melakukan
supervisi secara efektif, interaksi dan
hubungan-hubungan supervisor dan bawahan
bawahan, merupakan aktivitas siapa yang harus di integrasi
olehnya dan kepada siapa ia harus mendelegasikan tanggungjawab tertentu.hal ini
yang sering menimbulkan pertentangan pendapat antara bawahan dengan atasa.
4. Prinsip
Skalar
Diatas
telah disinggung tentang prinsif skalar, yang mana prinsip skalar menyatakan
bahwa otoritas serta tanggungjawab harus mengalir dalam bentuk garis yang tidak
terputus-putus dari manejer tinggi hingga manejer rendah.
Ada
penulis yang menyatakan hubungan pertikal tersebut sebagai sebuah piramida
pekerjaan – tugas. Prinsip-prinsip tersebut menyatakan bahwa sebuah organisasi
merupakan sebuah hirarkhi.
5. Depertementasi
Cara dengan apa
aktivitas-aktivitas dibagi dan dibentuk kedalam kelompok-kelompok khusus,
biasanya disebut orang sebagai depertementasi
adapun tujuan depertementasi adalah
a) Mengkhususkan
aktivitas-aktivitas
b) Menyederhanakan
tugas-tugas para manejer
c) Mengusahakan
pengawasan[6]
Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah dikembangkan mulai
sekitar tahun 1990 oleh Frederick Winslow Taylor, telah dipergunakan cukup
luas. Teori manajemen ilmiah masih banyak dijumpai dalam praktek-praktk
manajemen modern. Manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi,
analisa, dan pemecahan maslah-masalah organisasai. Bagai kita yang penting
adalah memandang manajemen ilmiah sebagai teknik-teknik manajerial yang sangat
berharga. Empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi
perusahaan, yaitu :
1) Menggantikan
metode-metode kerja dalam praktek dengan berbagai metode yang dikembangkan atas
dasar ilmu pengethuan tentang kerja yang ilmuah dan benar.
2) Mengadakan
seleksi, latihan-latihan dan pengenbangan para karyawan secara ilmiah, agar
memungkinkan para karyawan bekerja sabaik-baiknya sesuai dengan
spesialisasinya.
3) Pengembangan
ilmu tentang kerja seleksi, latihan dan pengenbangan secara ilmiah harus
diintegrasikan, sehingga para karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai
tingkat upah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekankan biaya produksi
menjadi rendah.
4) Untuk
mencapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para
karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya untuk
menimbulkan suasana kerja sama yang baik.
TEORI
MANAJEMEN TRADISIONAL Anggapan
Dasar Teori Klasik
Pandangan teori klasik mengenai organisasi berdasarkan asumsi sebagai
berikut :
- Organisasi ada terutama untuk menyelesaikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
- Bagi suatu organisasi, ada struktur yang tepat bagi tujuan, lingkungan, teknologi dan partisipannya.
- Pekerjaan organisasi paling efektif bila ada tantangan lingkungan dan kepentingan pribadi terhalang oleh norma-norma rasionalitas.
- Spesialisasi akan meningkatkan taraf keahlian dan performan individu.
- Koordinasi dan control paling baik melalui praktek otoritas dan aturan-aturan yang tidak bersifat pribadi.
- Struktur dapat dirancang secara sistematis dan dapat dilaksanakan.
- Masalah-masalah organisasi biasanya merefleksikan struktur yang tidak tepat, dan dapat diselesaikan melalui perancangan dan pengorganisasian kembali ( Bolman, 1988 ) Unsur kunci teori klasik Ada empat kunci dari teori klasik :
- Pembagian kerja, adalah bagaimana organisasi membagi sejumlah pekerjaan terhadap tenaga kerja yang ada dalam organisasi.
- Hierarki proses fungsional, adalah setiap organisasi terdapat adanya tingkatan karyawan menurut fungsinya atau pekerjaan yang khusus dalam organisasi.
- Struktur, adalah jalinan hubungan dan peranan dalam organisasi. (Lini dan Staf)
- Pengawasan yang ketat, pada organisasi yang tinggi strukturnya menghendaki
- banyak saluran komunikasi dalam melakukan pengawasan. Sedangkan pada organisasi yang strukturnya mendatar tidak banyak diperlukan saluran komunikasi.[7]
Pendekatan Dalam Organisasi tradisional
1) Pendekatan manusiawi
2) Pendekatan prilaku [8]
Kepemimpinan otokratik ialah pemimpin yang
tergolong otokratik dan dipandang sebagai karakteritik yang negatif. Dilihat
dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang pemimpin yang
sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang
menonjolkan “keakuannya”, Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang
memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:
1.
Menganggap organisasi sebagai
pemilik pribadi
2.
Mengidentikkan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi
3.
Menganggap bawahan sebagai alat
semata-mata; Tidak mau menerima saran dan pendapat
4.
Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya
5.
Dalam tindakan pengge-rakkannya
sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Gaya kepemimpinan
yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
a.
Menuntut ketaatan penuh dari
para bawahannya
b.
Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
c.
Bernada keras dalam pemberian perintah atau
instruksi menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh
bawahan.
Lambat
laun gaya kepemimpinan ini dianggap tidak sesuai lagi seiring perkembangan
zaman, sehingga terjadi perubahan struktur organisasi dan gaya kepemimpinan.[9]
[1]
Wahjo Sumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Pt Raja Grapindo, 2010) h. 60
[2] SuryoSubroto. Mnajemen
Pendidikan Di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010).139
[3]
Marno,
Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan
Islam (Bandung: PT Refika aditama, 2008) h. 19-20.
[4]
Ibid
[5] Ngalim Purwanto. Adminiatrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010)
h. 129.
[7]
http://www.scribd.com/doc/24932593/TEORI-MANAJEMEN-TRADISIONAL
[8] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fip-Upi. Ilmu dan Aplikasi pendidikan (Bandung
:PT Imperial Bhakti Utama, 2007) h.
233-237
Tidak ada komentar:
Posting Komentar